Jumat, 19 November 2010

Misteri Di dalam Dunia

HELIKOPTER PENGANGKUT BARANG TERBESAR SEDUNIA

Pesawat terbang Anda sudah tahu, burung besi dengan sepasang sayapnya, ekor, dan bodi. Orang menciptakan pesawat terbang memang terinspirasi dari burung. Tapi helikopter, inspirasinya dari mana? Ada yang bilang meniru cara terbangnya capung. Entahlah, yang jelas kalo pesawat biasa kehilangan mesinnya masih bisa dikendalikan layaknya glider tak bermesin – dengan cara yang benar tentunya. Balon udara masih bisa diturunkan jika kehilangan tenaganya, tapi helikopter? Jika mesinnya mati opsi-nya cuma satu: jatuh! Kira-kira orang gila mana yang dulu berani menerbangkan prototipe helikopter? Bukan cuma menerbangkan, mereka juga ternyata bikin mesin terbang ini menjadi monster-monster raksasa di udara
ewasa ini helikopter-helikopter ini dibuat semakin besar sesuai dengan kebutuhannya terutama untuk mengangkut logistik perang, kargo udara, dan penanganan bencana.

 IKAN HANTU


Spesies baru snailfish, jenis ikan laut dalam yang bergerak lambat seperti siput, berhasil terekam dengan kamera bawah air. Tubuhnya yang berwarna putih seluruhnya, ikan tersebut bak hantu saat ditemukan sedang berenang di kegelapan samudra pada kedalaman 7 km di palung laut perairan Peru
-Cile, Samudra Pasifik bagian tenggara.








BENCANA KAWAH API

Kejadian tersebut berawal dari kebakaran sampah yang dilakukan di bulan Mei 1962 dimana Dewan Borough Centralia mempekerjakan lima anggota pemadam sukarela membersihkan tempat pembuangan sampah kota, yang terletak di tambang tua sebelah Pemakaman Odd Fellows.

Hanya karena berawal dari kecerobohan, kota ini harus menderita besar dan menjadi seperti pintu neraka bagi penduduknya yang tinggal di kota tersebut.
Sampah-sampah ditempat pembuangan sampah tersebut dibakar dan dibiarkan untuk sementara waktu lalu datanglah lima orang sukarelawan tersebut untuk memadamkannya.

Akan tetapi ternyata pada saat dilakukan pemadaman, masih tersisa percikan api di bagian bawah dari tumpukan sampah tersebut yang tidak diketahui sehingga percikan api tersebut terus membakar dan menyebar melalui sebuah lubang yang menuju tambang batubara yang ditinggalkan di bawah Centralia dan terjadilah kebakaran besar.
Segala cara memadamkan api tidak berhasil, dan api itu terus membakar sepanjang tahun 1960-an dan 1970-an. Asap tebal dari kebakaran tersebut memberikan dampak buruk terhadap penduduk karena karbon monoksida yang dihasilkan.
 


Masa Lalu Kehidupan

Pahit – manis, asam – asin, suka – duka, itulah masa lalu. Sebuah masa yang semua orang pasti mengalami, sedang mengalami dan akan mengalami. Masa lalu selalu membawa kisah yang akan terus terkeam dalam memori kita, meskipun tidak seluruhnya. Ada cerita yang ingin selalu kita kenang, atau bahkan ingin kita buang jauh-jauh. Ada kisah yang selalu terbayang namun ketika itu terbayang akan membuat kita meneteskan air mata, meskipun sebetulnya itu indah. Banyak hal yang akan membawa kita ke dalam “zona” masa lalu yang kadang kita merasa dibawa kembali kedalam ruang dimana kita pernah singgah didalamnya. Hal yang paling sering mengingatkan kita kedalam suasana lama adalah musik, ketika terdengar suasana musik yang pernah kita dengarkan dimasa yang lalu maka jiwa dan pikiran kita akan seketika dibawa kedalam masa itu.
Ada sebuah kebiasaan yang mungkin bisa disebut juga kebiasaan buruk dalam diri saya, yaitu senang tidur di luar, terutama pada saat musim hujan. Ada satu hal yang membuat senang dengan tidur diluar, dulu waktu kecil saya bersama orang tua saya tinggal disebuah rumah yang terbuat dari bilik bamboo tanpa langit-langit, jadi kalau musim hujan tiba percikan air yang halus sering mengenai saya, dan itu semakin membuat saya merasa nyaman terutama dalam hangatnya pelukan ayah dan ibu. Kini saya tidak lagi bersama mereka, oleh karena dengan tidur diluar semakin meningkatkan rasa rindu saya pada Ayah dan Ibu tercinta.
Masa lalu memang telah berbicara indah, meskipun pada saat dilaluinya sangat pahit, rasa pahit itu kini menjadi manis walau saat ini sendiri dalam kepahitan. Masa lalu itu telah menjadi bumbu kehidupan yang tetap memberikan cita rasa tersendiri.
Namun, kebanyakan masa lalu ialah masa dimana kita mengalami kegagalan. Ada dua hal yang biasanya menyebabkan orang putus asa. Pertama, terlalu terkekang dengan kenangan masa lalu. Dan kedua, karena memikirkan masa depannya dengan cara yang kurang tepat. Ada orang yang trauma oleh masa lalunya, ada pula yang diliputi rasa takut terhadap masa depannya. Masa lalu seringkali membelenggu hingga membuat orang menjadi mudah menyerah pada nasib, dan pesimistis. Sementara selain masa lalu, masa depan juga sering menjadikan orang ketakutan. Banyak orang yang dihantui oleh kekhawatiran menghadapi masa depan. Mereka melihat masa depan serba suram, gelap dan menakutkan.
Tetapi itulah sebuah kehidupan di dunia. Kesabaran dan keyakinan pada diri sendiri lah yang menjadi kunci bagaimana kita bisa tabah dala melakukan apa yang kelak kita akan lakukan.

Jumat, 05 November 2010

Hidup bagaikan Permata

Agama adalah perahu, ya perahu yang diberikan oleh orang untuk menyelamatkan atau membawa kita ke sebuah pulau, entah itu adalah pulau tujuan atau pulau yang diset otomatis menuju pulau standar.
Dulu semua agama arah kayuhannya tergantung kita, kemana kita ingin ke sana perahu itu dikayuh agar kita capai tujuan kita sendiri. Namun saat ini ada banyak agama bagaikan perahu sewaan. Kita tidak bisa mengayuhnya sekehendak kita, kita harus mengikuti kemana dia harus berlabuh, kemudian kita harus memutar dan mungkin berbalik ketika kita ingin mencapai tujuan kita sendiri.
Agama yang sama dengan perahu sewaan adalah agama-agama besar yang dianut hingga orang-orang di luar tempat dimana agama itu terlahir. Sebab, agama didesain mengantarkan orang ke tujuan yang dinyatakan dalam agama itu, yang tidak lain adalah “suatu tempat dalam jangkauan pemikiran orang di situ”. Lalu, ketika orang lain ikut naik perahu agama itu, maka perahu itu akan mengantarkannya sampai ke pelabuhan menurut definisi dalam agama itu, tidak mengantarkannya langsung ke tujuan sang penumpang. Jika memang tujuannya  itu, maka orang dapat merasa bahwa perahu itu pas. Namun realitanya tidak ada tujuan yang sama dari orang-orang yang berbeda wilayahnya, walaupun mereka mungkin berkata dengan kalimat yang sama, “Sampai ke tujuan”.
Sebagaimana sebuah perahu, ketika sampai di tujuan, kita harus buang perahu itu atau biarkan saja terdampar di pantai. Dengan apa yang ada pada kitalah, kita akan menikmati perjalanan di tujuan kita. Kita akan menikmati kebahagiaan bukan dengan agama. Agama tidak akan memungutkan kita emas selama perjalanan, kitalah yang harus memungutnya sendiri. Jika itu tetap terbawa ketika sampai di tujuan, emas itu dapat ditukar dengan barang lain atau kendaraan atau mungkin untuk ongkos menyewa travel dalam rangka berjalan-jalan menikmati keindahan tujuan kita.
Kehidupan memang memberikan banyak pilihan. Ada yang sulit, sedang, dan mudah. Sekian banyak manusia yang pernah singgah di dunia ini, selalu terkotak pada tiga pilihan itu.
Ada yang mengambil pilihan sulit, apa pun risikonya. Mereka rela menyiksa diri demi kebahagiaan yang diidam-idamkan. Bentuknya pun bermacam-macam. Ada yang tidak mau menikah. Ada yang mengharamkan makanan dari yang hidup seperti binatang. Dan lain-lain. Begitu pun dengan sedang dan mudah. Pilihan mudah boleh dibilang yang paling populer, paling disukai. Tak peduli dengan urusan orang lain, lingkungan yang serba susah; pokoknya bisa hidup senang. Mereka bisa tega merampas hak orang lain, menghalalkan segala cara, demi kesenangan hidup.
Islam memberikan pilihan hidup sendiri. Tidak kaku dengan tiga pilihan tadi: sulit, sedang, dan mudah. Kehidupan dunia dalam Islam adalah sebuah persinggahan perjalanan seorang anak manusia. Dalam persinggahan itu, ada berbagai ujian. Persis seperti perantau yang tiba dari perjalanan jauh. Dan persinggahan memberikan aneka makanan dan minuman. Kalau si perantau melampiaskan lapar dan dahaganya di persinggahan itu, ia bisa lupa. Bahwa, akhir perjalanannya bukan di situ. Tapi tempat lain yang harus dengan susah payah ia capai.